Kamis, 23 Juni 2016

Anatomi dan Fisiologi



Anatomi dan Fisiologi Indra Penglihatan Pada Manusia
A.     Konjungtiva
Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa.Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi.Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah.
Konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan
B.      Sklera
Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada lapisan terluar mata yang berwarna putih.Sebagian besar sklera dibangun oleh jaringan fibrosa yang elastis.Bagian depan sklera tertutup oleh kantong konjungtiva.
Skelera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melakatnya otot mata
C.      Otot-otot
Otot-otot yang melekat pada mata :
a).Muskulus levator palpebralis superior inferior.
b).Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata.
c).Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata)
d).Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata)
e).Muskulus obliques okuli inferior
f). Muskulus obliques okuli superior.

Otot-otot yang melekat pada mata :
a.      Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata.
b.       Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata.
c.       Muskulus rektus okuli inferior(otot disekitar mata), fungsinyauntukmenutup
mata.Muskulus rektus okuli medial(otot disekitar mata), fungsinya menggerakkan mata dalam(bola mata).
d.      Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dan kedalam.
D.            Kornea

Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris.Penampang kornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari 5 lapisan epitel kornea, 2 lapisan elastika anterior (bowmen, 3 substansi propia, 4 lamina elastika posterior, dan 5 endotelium.Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan, antara kornea ke sklera disebut selero corneal junction.Kornea juga merupakan jalan masuk cahaya pada mata dengan menempatkannya pada retina.
Kornea berfungsi menerima cahaya yang masuk ke bagian dalam mata dan membelokkan berkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat difokuskan(memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksi cahaya).
E.        Koroid
Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmen.Letaknya disebelah dalam sklera. Dibagian depan mata, lapisan koroid memisahkan diri dari sklera membentuk iris yang tengahnya berlubang.

F.       Iris(Pupil)
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata.Pada iris terdapat dua perangkat otot polos yang tersusun sirkuler dan radial.Ketika mata berakomodasi untuk melihat benda yang dekat atau cahaya yang terang otot sirkuler berakomodasi sehingga pupil mengecil, begitu pula sebaiknya.
G.     Lensa
Lensa berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamen suspensori. Bentuk lensa dapat berubah-ubah, diatur oleh otot siliaris ruang yang terletak diantara lensa mata dan retina disebut ruang viretus, berisi cairan yang lebih kental(humor viterus), yang bersama dengan humor akueus berperandalam memelihara bentuk bola mata.
H.     Retina
Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor(fotoreseptor). Fotoreseptor berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otot.Bagian lapisan retina yang dilewati berkas urat saraf yang menuju ke otot tidak memiliki reseptor dan tidak peka terhadap sinar.Apabila sinar mencapai bagian ini kita tidak dapat mengenali cahaya.Oleh karena itu, daerah ini disebut bintik buta.Pada bagian retina, terdapat sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam setiap mata.Sel batang sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi tidak mampu membedakan warna.Oleh karena itu kita mampu melihat dimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja.Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam.Sel kerucut jumlahnya sekitar 5 juta pada setiap mata.Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatan siang hari dan untuk membedakan warna.

I.        Vitreous Humor(Humor Bening)
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan membuat bola mata membulat.
J.        Aqueous Humor(Humor Berair)
Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea. Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi kornea dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea.
K.      Alis Mata(Supersilium)
Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata.
L.       Bulu mata
Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak mata.
M.   Kelopak mata(palpebra)
Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli.

2..1. Ganguan Penglihatan Pada Konjungtivasi
Gangguan penglihatan pada konjungtivasi terdiri dari konjungtivasi gonokokal dan konjungtivasi vernalis
1.      Konjungtivitis Gonokokal
Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir.Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal.
Orang dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis gonokokal melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata).Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata.
Dalam waktu 12-48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri.Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan.Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.
2.      Konjungtivitis Vernalis
Konjungtivitis vernalis adalah salah satu bentuk dari konjungtivitis yang disebabkan oleh faktor alergi, disamping juga dipengaruhi oleh faktor, yakni; iklim, usia, dan jenis kelamin.penyakit ini biasanya mengenai pasien muda antara 3-25 tahun. Pada laki-laki biasanya dimulai pada usia dibawah 10 tahun. Pada umumnya penderita konjungtivitis vernalis mengeluh gatal, mata merah, dan mengeluarkan sekret atau kotoran.Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih.
3.      Masa Inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit 1-3 hari.
4.      Gejala
Mata terasa kasar menggatalkan, merah dan mungkin berair.Kelopak mata mungkin menempel sewaktu bangun tidur. Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih.
Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.
Gejala lainnya adalah: - mata berair - mata terasa nyeri - mata terasa gatal - pandangan kabur - peka terhadap cahaya - terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
5.      Pencegahan
a.      Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
b.      Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
c.       Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
d.      Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.

2.2. Uveitis
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.
2.2.1.      ETIOLOGI
a.      Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar yang dapat berjalan akut maupun kronis. Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran klinisnya saja. Iritis dan iridisiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi alergi mata.5
b.      Penyebab uveitis anterior diantaranya yaitu: idiopatik; penyakit sistemik yang berhubungan dengan HLA-B27 seperti; ankylosing spondilitis, sindrom Reiter, penyakit crohn’s, Psoriasis, herpes zoster/ herpes simpleks, sifilis, penyakit lyme, inflammatory bowel disease; Juvenile idiopathic arthritis; Sarcoidosis, trauma dan infeksi.

ABNORMALITAS



    a.    Pengertian abnormalitas atau gangguan perilaku
Abnormalitas (perilaku disfungsional) adalah suatu yang menyimpang dari normal atau berbeda dari yang khas, adalah perilaku karakteristik yang ditentukan secara subyektif, diberikan untuk mereka yang memiliki kondisi langka atau disfungsional.
Menurut Morgan dkk perilaku abnormal sering disebut dengan gangguan perilaku (behavior disorder) atau mental illness.
Atkinson dkk mencoba definisi dengan cara membandingkan perilaku abnormal dengan perilaku normal. Beberapa cara untuk mendefinisikan perilaku abnormal antara lain:
1.    Penyimpangan dari norma statistic
   Perilaku abnormalitas didasarkan pada penyimpangan kurva dalam statistik.
2.    Penyimpangan dari norma sosial
   Setiap masyarakat memiliki patokan tertentu untuk perilaku yang dapat diterima ataupun perilaku yang menyimpang (abnormal). Perilaku menyimpang tersebut tidak dapat diketahui dari norma statistiknya. Perilaku yang dianggap normal oleh suatu masyarakat bisa jadi dianggap abnormal oleh masyarakat lain.
3.    Perilaku maladaptive
   Perilaku yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang memiliki dampak merugikan dan membahayakan orang lain atau masyarakat.
4.    Kesusahan pribadi
   Menilai abnormalitas dari sudut pandang subjektif seseorang dan bukan perilaku orang tersebut.
5.    Neurosis dan Psikis
   Neurosis atau gangguan jiawa adalah gejala yang umum dialami oleh manusia pada taraf tertentu.
   Neurosis memiliki cakupan sekelompok gangguan yang ditandai dengan stress, kecemasan, kesedihan, atau gangguan maladaptive lain.
   Psikosis gangguan yang lebih serius. Perilaku dan proses berpikir individu yang sudah mengalami gangguan perilaku sehingga, sudah tidak ada lagi kontak yang realistis.
Mengenali normalitas-abnormalitas tingkah laku
Michael Rutter mengatakan bahwa tingkah laku dianggap abnormal bila terdapat gejala-gejala sebagai berikut:
1.    Tingkah laku tidak sesuai dengan usia atau jenis kelamin
2.    Kelainan menetap untuk waktu yang cukup lama
3.    Fluktuasi dalam kehidupan anak yabg diluar kebiasaan
4.    Tingkah laku yang meluas meliputi beberapa area fungsi psikologisnya
5.    Bentuk simtom mendekati gambaran gangguan fungsi psikologisnya yang ada
6.    Bentuk simtom mendekati gambaran gangguan fungsi psikologis yang ada
7.    Berat dan frekuensi dari simtom diluar kebiasaan
8.    Perubahan tingkah laku yang merupakan impilikasi adanya kelainan
9.    Situasi spesifik yang dapat mengganggu anak dalam berinteraksi dengan orang lain.

           Faktor-faktor yang mempengaruhi normalitas-abnormalitas perkembangan.
                        Beberapa kelompok yang memiliki pandangan mengenai penyebab normalitas/abnormalitas perkembangan, sebagai berikut:
1.    Kelompok yang menitikberatkan pada faktor konstitusi atau dari dalam diri individu.
   Faktor biologis yang sangat berpengaruh dalam perkembangan seseorang.
2.    Kelompok yang menitikberatkan pada faktor lingkungan atau dari luar individu.
   Faktor lingkungan yang menentukan tingkah laku seseorang.

3.    Kelompok yang menitikberatkan pada interaksi faktor dari dalam dan luar individu.
   Kelompok ini menimbulkan pertanyaan tentang mana yang lebih berpengaruh terhadap perkembangan apakah faktor dari dalam atau faktor dari luar individu, tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan. Anne Anastasi menyatakan bahwa:

·         Baik faktor konstitusi (nature) maupun faktor lingkungan merupakan sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku.
·         Kedua faktor tersebut tidak dapat berfungsi secara terpisah, tetapi saling berhubungan dengan mempengaruhi perkembangan.
·         Interaksi kedua faktor tersebut merupakan bentuk yang majemuk, artinya hubungan yang terjadi akan mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi.
 Ada beberapa criteria yang sapat digunakan untuk menentukan suatu perilakiu abnormal, antara lain:
1.    Statistical Infrequency
   Persepektif ini menggunakan pengukuran statistic dimana semua variable yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.
2.    Unexpectedness
   Biasanya perilaku abnprnal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi.
3.    Violation of norms
    Perilaku abnormal ditentukan dengn mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi.
   Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal, jika bertentangan dengan norma yang berlaku berarti abnormal.
   Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relative tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu.
4.    Personal distress
   Perilaku dinggap abnormal jika hal itu dapat menimbulkan penderfitaan dan kesengsaraan bagi individu.
   Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
5.    Disability
   Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya.

B. KLASIFIKASI GANGGUAN
Beberapa perilaku dapat diklasifikasikan sebagai perilaku abnormal. Berdasarkan sifatnya perilaku abnormal dapat digolongkan menjadi beberapa antara lain:
1.    Yang bersifat akut atau sementara, yang disebabkan oleh perisiwa yang penuh dengan stress.
2.    Yang bersifat kronis dan selama-lamanya.
3.    Yang disebabkan oleh penyakit atau kerusakan pada system saraf.
4.    Yang merupakan akibat dari lingkungan sosial yang tidak menguntungkan dan pengalaman belajar yang keliru.

Menurut Atkinson dkk individual differences menjadikan keunikan dari individu, sehingga tidak ada dua orang yang mengalami kehidupannya secara sama persis. Namun, ada beberapa kesamaan yang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori keuntungan dan kelemahan dari penggolongan terhadap perilaku abnormal.
   Keuntungan jika kita menemukan berbagai macam perilaku abnormal yang memiliki sebab yang berbeda-beda, kita dapat memilahkan dengan kelompok individu menurut kesamaan perilaku dan kemudian mencari kesamaan lainnya.
   Kelemahan diabaikan konsep individual differences, shingga ciri-ciri khusus pada pasien dapat dibedakan pula.
Teknik Klasifikasi. Klasifikasi gangguan jiwa dikenal dengan istilah diagnosis yang digunakan para ahli jiwa di Amerika Serikat adalah Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth-Edition atau DSM-IV.
Menurut American Psychiatric Association, diagnosis menurut DSM-IV disebut sebagai Multitaxial Assessment, diklasifikasikan menjadi 4 taksis, yaitu:
Axis
Classification
Number of Classification
Axis I
Clinical Disorders Other Condiion That May Be a Focus of Clinical Attention
16
Axis II
Personality Disorder Mental Retardation

12
Axis III
General Medical Condition

16
Axis IV
Psychological and Environmental Problems

9
Axis V
Global Assesment of Functioning (GAS)
Scales:
1-100

Di Indonesia yang digunakan adalah PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa). Diagnose berdasarkan PPDGJlima aksis . kelima aksis tersebut adalah:
   Aksis I & II      : seluruhnya dapat dilihat di dalam klasifikasi PPDGJ
   Aksis II           : gangguan ciri kepribadian tertentu
   Aksis III          : gangguan fisik
   Aksis IV          : taraf stres psikososial
   Aksis V           : taraf tertinggi dari fungsi penyesuaian dalam satu tahun terakhir.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.docs-engine.com/pdf/1/jurnal-tentang-psikologi-abnormal.html
http://www.e-jurnal.com/2013/09/jurnal-penelitian-psikologi-abnormal.html?m=1
fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id › files