TUGAS II
1.
Jelaskan
apa yang dimaksud dengan internet addiction
2.
Sebutkan
jenis-jenis internet addiction
3.
Jelaskan
fenomena addiction yang terjadi saat ini
4.
Sebutkan
faktor etiologi internet addiction
JAWABAN:
1.
Internet Addiction Disorder atau yang lebih sering
dikenal kecanduan internet adalah penggunaan secara berlebihan dalam kehidupan
sehari-hari. Seseorang yang kecanduan internet terlihat dari banyaknya waktu
yang mereka gunakan untuk online atau bermain internet tanpa peduli bahkan lupa
dengan aktivitas lainnya bahkan kehidupan sekitar mereka. Gangguan dalam
kecanduan internet meliputi pornografi, judi online, game online chatting dan
lain-lain.
2.
Jenis-jenis internet Addiction
1. Cybersexual Addiction
individu yang sering mengunjungi situs dewasa,
melihat hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit dan
terlihat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar atau file-file khusus
orang dewasa.
2. Cyber-Relationship Addiction
mengacu pada individu yang senang mencari teman
secara online. individu tersebut menjadi kecanduan untuk mengikuti layanan
chatroom dan seringkali menjadi terlalu terlibat dalam hubungan pertemanna
online atau terikat dengan perselingkuhan virtual
3. Net Compulsions
yang termasuk dalam kategori ini adalah :
perjudian online, belanja online, dan perdagangan online
4. Information Overload
informasi yang tersedia di internet menimbulkan
perilaku konfulsif
5. Computer Addiction
Kecanduan internet yang secara terus
menerus dapat menimbulkan masalah dalam lingkungan kehidupannya
.
3.
CONTOH KASUSNYA :
Virus
Pornografi
Perkembangan
teknologi informasi yang paling nyata terasa memudahkan proses transfer
informasi adalah internet. Jika dahulu kita harus menunggu berhari-hari untuk
mengirimkan sebuah pesan melalui jalur pos, saat ini cukup dalam hitungan detik
dan hanya dengan sekali klik saja. Internet merupakan terobosan yang luar biasa
dalam sejarah hidup manusia. Sebuah kemudahan yang membuat ritme kehidupan
menjadi serba cepat. Sebuah inovasi yang merubah kehidupan bukan hanya dari
sisi ‘kecepatan’ saja tetapi juga berdampak pada pola interaksi manusia.
Dampak
lain dari internet adalah tidak terkontrolnya informasi yang bisa diterima
siapa saja. Siapapun yang bisa mengakses internet maka akan memiliki peluang
untuk ‘dicemari’ oleh informasi yang tidak seharusnya. Tidak ada yang bisa
mengontrol konten apa saja yang diunggah ke internet. Tidak ada pula yang bisa
mengontrol siapa yang boleh atau tidak boleh membuka internet. Belum ada
komputer yang bisa mengidentifikasi penggunanya berdasarkan usia lalu
senantiasa memblok situs-situs dewasa agar ia tidak bisa mengaksesnya. Meskipun
orang tua menetapkan aturan, dalam waktu-waktu dimana anak tidak sedang dalam
pengawasan, tidak ada yang bisa memastikan apa yang bisa ia dapat dari
internet.
Seminar
yang mengundang tema yang cukup ‘sexy’ ini diawali dengan penjabaran data
mengenai maraknya pornografi di internet. Inilah salah satu bukti
ketidakmampuan kita mengontrol konten yang ada di internet. Bahkan pornografi
pun bisa menjadi sebuah industri yang berjaya melalui internet. Sebuah fenomena
yang sebenarnya haram dan dianggap menjijikkan oleh sebagian besar orang,
justru bisa menjadi sangat produktif dan laku melalui internet. Mengapa? Karena
internet bisa diakses secara privat. Tidak ada yang melihat dan akhirnya tidak
perlu khawatir atau malu ketika siapapun mengakses pornografi darinya.
Dipaparkan
oleh ibu Elly Rusman, seorang psikolog anak, mengenai pola kehidupan yang
umumnya dialami oleh anak zaman sekarang. Orang tua sama-sama bekerja, rumah
yang difasilitasi dengan internet, pulang sekolah tidak ada siapa-siapa selain
pembantu, komputer disediakan di kamar, tidak ada yang memantau apa yang mereka
lakukan dengan komputer dan internet itu. Bahkan melalui handphone kini
siapapun bisa mengakses internet. Perangkat yang sifatnya personal itupun tidak
bisa dipantau 24 jam apa saja yang keluar masuk darinya. Dengan kata lain,
anak-anak memiliki peluang yang sangat luas untuk mengakses dunia maya yang
sarat dengan informasi yang tidak terkontrol itu.
Inilah
asal-muasalnya kecanduan pornografi pada remaja. Secara mengejutkan dipaparkan
bahwa hampir 70% remaja di Indonesia sudah pernah mengakses pornografi baik
melalui internet maupun media lainnya (majalah, DVD). Data yang dikumpulkan
dari anak usia 12-17 tahun itu cukup membuat peserta terkaget-kaget. Jadi dapat
dikatakan hampir semua anak dari peserta yang hadir sudah pernah mengakses
pornografi. Data lain yang cukup mengejutkan adalah bahwa Indonesia merupakan
uploader terbesar video porno anak di bawah umur! Bayangkan, di sebuah website
yang menjadi pool dari video-video tersebut terpampang ribuan anak SMP,
mengenakan seragam, sedang melakukan hubungan seksual. Lokasinya pun bervariasi.
Ada yang melakukannya di kamar hotel, di mobil temannya, di tangga sekolah, dan
semuanya direkam oleh teman sebayanya. Lalu ada pula anak SMP yang berhubungan
seks dengan supir jemputannya, dengan lelaki paruh baya, sesama jenis, bahkan
dengan binatang. Sangat mengejutkan memang, tapi itulah kenyataannya. Website
ini pun diakses oleh jutaan pengguna di seluruh dunia.
Fenomena
lain adalah pornografi yang berkedok website anak-anak. Ada sebuah website,
sebagai salah satu contoh, yang merupakan website paling sering diakses oleh
anak-anak. Tadinya website ini adalah sebuah website anime Jepang yang bernama
Naruto. Isinya gambar-gambar Naruto bertarung melawan musuh-musuhnya. Tapi ada
website lain dengan alamat yang mirip yang juga berisikan gambar-gambar Naruto
hanya saja bukan sedang melawan musuh, tetapi sedang berhubungan seksual dengan
karakter anime lainnya. Website ini memiliki angka akses yang cukup mengagumkan
dan bahkan sudah menjadi pembicaraan yang biasa saja di kalangan remaja.
Di
samping situs, pornografi juga berjangkit di dunia game online. Internet yang
memfasilitasi anak dengan berbagai game online. Mulai dari Counter Strike,
game-game lain dengan karakter berbusana sexy, tidak ada yang bisa menjamin
anak di bawah umur tidak memainkannya. Lebih parah lagi ada sebuah game online
bernama “Rape Play”, dimana dalam game tersebut pemain ditugaskan untuk
memperkosa perempuan sebanyak-banyaknya. Pilihan tindakan untuk aborsi atau
tidak pun ada dalam game ini. Bisa dibayangkan apa dampaknya bagi anak yang
memainkan game tersebut.
Penyebaran
virus pornografi ini sudah merebah-ruak di berbagai negara. Di Amerika sendiri,
menurut pemaparan Randy Hyde, anak-anak yang menderita adiksi terhadap
pornografi cukup banyak dan beberapa di antaranya berakhir dengan bunuh diri.
Mengapa? Karena adiksi itu membawa mereka ke sebuah kehampaan dan kehilangan
gairah hidup. Mereka tidak bisa mendapat pertolongan karena reaksi orang tua
yang umumnya menghakimi atau menghukum mereka padahal sebenarnya mereka memohon
pertolongan. Ini juga menjadi isu penting. Proses adiksi menghancurkan
jiwa-jiwa remaja dan bagaimana orang tua bersikap juga menjadi bagian dari
pembahasan yang hangat dalam sesi seminar ini.
Pikiran
dan Pornografi
“Every
thought has a consequence”, begitu kata Randy Hyde ketika mengawali
penjelasannya soal dampak pornografi. Lalu bagaimana jika “thought” tersebut
adalah pornografi? Bagaimana jika thought of pornography itu ada di benak
anak-anak atau remaja? What’s the consequence?
“Thought
creates feeling and feeling creates action”, begitu lanjut Mr. Hyde. Ketika
sesuatu masuk ke dalam pikiran kita, maka secara otomatis emosi kita akan
memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Misalnya sebuah gambar wanita
cantik dihadapkan pada kita dan informasi gambar tersebut masuk ke dalam
pikiran. Emosi kita akan menilai apakah gambar itu bagus atau tidak, apakah
wanita itu cantik atau tidak, sampai pada akhirnya bisa memunculkan niat untuk
menjadi seperti wanita cantik itu. Produk yang muncul adalah perilaku kita yang
mempercantik diri atau berdandan mirip dengan foto. Atau setidaknya cukup
sampai dengan keinginan untuk mengimitasi gaya wanita itu. Informasi itu hidup
dan menggerakkan kita. Lalu bagaimana jika informasi itu adalah pornografi?
Pornografi dapat membangkitkan rasa yang luar biasa. Bisa membangkitkan gejolak
yang membutakan dan pada akhirnya bisa memunculkan produk berupa perilaku yang
dilatarbelakangi oleh gejolak itu.
4.
Faktor – Faktor Etiologi
Etiologi
adalah membahas tentang penyebab, dan faktor-faktor etiologi adalah
faktor-faktor penyebab bagi pengguna internet yang kecanduan. Namun itu tidak
terjadi secara begitu saja, melainkan ada sebab-sebab yang menyertainya, karena
suatu perilaku kecanduan terjadi oleh periode waktu-waktu tertentu sebagai hasi
interaksisosial dan adanya perilaku menyimpang.
Beberapa
faktor-faktor Etiologi :
- Ø Cognitive-Behavioral Model
Cognitive-Behavioral adalah emosional,
fisiologis, dan perilaku respon individu sebagai dimediasi oleh persepsi
mereka tentang pengalaman, yang dipengaruhi oleh keyakinan mereka dengan cara
karakteristik mereka berinteraksi dengan dunia, serta oleh pengalaman sendiri.
- Ø Neuropsychological Model.
Neuropsychology
adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi otak yang berkaitan
dengan suatu perilaku yang terjadi pada individu
- Ø Compensation Theory ( Teori Kompensasi )
Compensation atau
kompensasi adalah strategi dimana satu menutup, sadar atau tidak sadar,
kelemahan, frustasi,keinginan, atau perasaan tidak mampu atau ketidakmapuan
dalam satu bidang kehidupan melalui grafikasi.
Kompensasi
positif dapat membantu seseorang untuk mengatasi kesulitan seseorang, sedangkan
kompensasi negatif terdapat dua jenis, yaitu :
- Overcompensation ditandai dengan gol keunggulan, menyebabkan berjuang untuk kekuasaan, dominasi, harga diri dan self-devaluasi.
- Undercompensation yang mencakup permintaan untuk bantuan, menyebabkan kurangnya keberanian dan rasa takut untuk hidup.
- Ø Situational Factor ( Faktor Situasi )
DAFTAR PUSTAKA TUGAS II:
https://fauziaputri.wordpress.com/2013/12/01/internet-addiction/