Rabu, 28 September 2016

Psi&Teknologi Internet dalam intrapersonal 2



TUGAS II
1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan internet addiction
2.      Sebutkan jenis-jenis internet addiction
3.      Jelaskan fenomena addiction yang terjadi saat ini
4.      Sebutkan faktor etiologi internet addiction

JAWABAN:
1.        Internet Addiction Disorder atau yang lebih sering dikenal kecanduan internet adalah penggunaan secara berlebihan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang kecanduan internet terlihat dari banyaknya waktu yang mereka gunakan untuk online atau bermain internet tanpa peduli bahkan lupa dengan aktivitas lainnya bahkan kehidupan sekitar mereka. Gangguan dalam kecanduan internet meliputi pornografi, judi online, game online chatting dan lain-lain.
2.      Jenis-jenis internet Addiction
1. Cybersexual Addiction
individu yang sering mengunjungi situs dewasa, melihat hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit dan terlihat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar atau file-file khusus orang dewasa.
2. Cyber-Relationship Addiction
mengacu pada individu yang senang mencari teman secara online. individu tersebut menjadi kecanduan untuk mengikuti layanan chatroom dan seringkali menjadi terlalu terlibat dalam hubungan pertemanna online atau terikat dengan perselingkuhan virtual
3. Net Compulsions
yang termasuk dalam kategori ini adalah : perjudian online, belanja online, dan perdagangan online
4. Information Overload
informasi yang tersedia di internet menimbulkan perilaku konfulsif


5. Computer Addiction
Kecanduan internet yang secara  terus menerus dapat menimbulkan masalah dalam lingkungan kehidupannya
.
3.      CONTOH KASUSNYA :
Virus Pornografi

Perkembangan teknologi informasi yang paling nyata terasa memudahkan proses transfer informasi adalah internet. Jika dahulu kita harus menunggu berhari-hari untuk mengirimkan sebuah pesan melalui jalur pos, saat ini cukup dalam hitungan detik dan hanya dengan sekali klik saja. Internet merupakan terobosan yang luar biasa dalam sejarah hidup manusia. Sebuah kemudahan yang membuat ritme kehidupan menjadi serba cepat. Sebuah inovasi yang merubah kehidupan bukan hanya dari sisi ‘kecepatan’ saja tetapi juga berdampak pada pola interaksi manusia.

Dampak lain dari internet adalah tidak terkontrolnya informasi yang bisa diterima siapa saja. Siapapun yang bisa mengakses internet maka akan memiliki peluang untuk ‘dicemari’ oleh informasi yang tidak seharusnya. Tidak ada yang bisa mengontrol konten apa saja yang diunggah ke internet. Tidak ada pula yang bisa mengontrol siapa yang boleh atau tidak boleh membuka internet. Belum ada komputer yang bisa mengidentifikasi penggunanya berdasarkan usia lalu senantiasa memblok situs-situs dewasa agar ia tidak bisa mengaksesnya. Meskipun orang tua menetapkan aturan, dalam waktu-waktu dimana anak tidak sedang dalam pengawasan, tidak ada yang bisa memastikan apa yang bisa ia dapat dari internet.

Seminar yang mengundang tema yang cukup ‘sexy’ ini diawali dengan penjabaran data mengenai maraknya pornografi di internet. Inilah salah satu bukti ketidakmampuan kita mengontrol konten yang ada di internet. Bahkan pornografi pun bisa menjadi sebuah industri yang berjaya melalui internet. Sebuah fenomena yang sebenarnya haram dan dianggap menjijikkan oleh sebagian besar orang, justru bisa menjadi sangat produktif dan laku melalui internet. Mengapa? Karena internet bisa diakses secara privat. Tidak ada yang melihat dan akhirnya tidak perlu khawatir atau malu ketika siapapun mengakses pornografi darinya.

Dipaparkan oleh ibu Elly Rusman, seorang psikolog anak, mengenai pola kehidupan yang umumnya dialami oleh anak zaman sekarang. Orang tua sama-sama bekerja, rumah yang difasilitasi dengan internet, pulang sekolah tidak ada siapa-siapa selain pembantu, komputer disediakan di kamar, tidak ada yang memantau apa yang mereka lakukan dengan komputer dan internet itu. Bahkan melalui handphone kini siapapun bisa mengakses internet. Perangkat yang sifatnya personal itupun tidak bisa dipantau 24 jam apa saja yang keluar masuk darinya. Dengan kata lain, anak-anak memiliki peluang yang sangat luas untuk mengakses dunia maya yang sarat dengan informasi yang tidak terkontrol itu.

Inilah asal-muasalnya kecanduan pornografi pada remaja. Secara mengejutkan dipaparkan bahwa hampir 70% remaja di Indonesia sudah pernah mengakses pornografi baik melalui internet maupun media lainnya (majalah, DVD). Data yang dikumpulkan dari anak usia 12-17 tahun itu cukup membuat peserta terkaget-kaget. Jadi dapat dikatakan hampir semua anak dari peserta yang hadir sudah pernah mengakses pornografi. Data lain yang cukup mengejutkan adalah bahwa Indonesia merupakan uploader terbesar video porno anak di bawah umur! Bayangkan, di sebuah website yang menjadi pool dari video-video tersebut terpampang ribuan anak SMP, mengenakan seragam, sedang melakukan hubungan seksual. Lokasinya pun bervariasi. Ada yang melakukannya di kamar hotel, di mobil temannya, di tangga sekolah, dan semuanya direkam oleh teman sebayanya. Lalu ada pula anak SMP yang berhubungan seks dengan supir jemputannya, dengan lelaki paruh baya, sesama jenis, bahkan dengan binatang. Sangat mengejutkan memang, tapi itulah kenyataannya. Website ini pun diakses oleh jutaan pengguna di seluruh dunia.

Fenomena lain adalah pornografi yang berkedok website anak-anak. Ada sebuah website, sebagai salah satu contoh, yang merupakan website paling sering diakses oleh anak-anak. Tadinya website ini adalah sebuah website anime Jepang yang bernama Naruto. Isinya gambar-gambar Naruto bertarung melawan musuh-musuhnya. Tapi ada website lain dengan alamat yang mirip yang juga berisikan gambar-gambar Naruto hanya saja bukan sedang melawan musuh, tetapi sedang berhubungan seksual dengan karakter anime lainnya. Website ini memiliki angka akses yang cukup mengagumkan dan bahkan sudah menjadi pembicaraan yang biasa saja di kalangan remaja.

Di samping situs, pornografi juga berjangkit di dunia game online. Internet yang memfasilitasi anak dengan berbagai game online. Mulai dari Counter Strike, game-game lain dengan karakter berbusana sexy, tidak ada yang bisa menjamin anak di bawah umur tidak memainkannya. Lebih parah lagi ada sebuah game online bernama “Rape Play”, dimana dalam game tersebut pemain ditugaskan untuk memperkosa perempuan sebanyak-banyaknya. Pilihan tindakan untuk aborsi atau tidak pun ada dalam game ini. Bisa dibayangkan apa dampaknya bagi anak yang memainkan game tersebut.

Penyebaran virus pornografi ini sudah merebah-ruak di berbagai negara. Di Amerika sendiri, menurut pemaparan Randy Hyde, anak-anak yang menderita adiksi terhadap pornografi cukup banyak dan beberapa di antaranya berakhir dengan bunuh diri. Mengapa? Karena adiksi itu membawa mereka ke sebuah kehampaan dan kehilangan gairah hidup. Mereka tidak bisa mendapat pertolongan karena reaksi orang tua yang umumnya menghakimi atau menghukum mereka padahal sebenarnya mereka memohon pertolongan. Ini juga menjadi isu penting. Proses adiksi menghancurkan jiwa-jiwa remaja dan bagaimana orang tua bersikap juga menjadi bagian dari pembahasan yang hangat dalam sesi seminar ini.

Pikiran dan Pornografi

“Every thought has a consequence”, begitu kata Randy Hyde ketika mengawali penjelasannya soal dampak pornografi. Lalu bagaimana jika “thought” tersebut adalah pornografi? Bagaimana jika thought of pornography itu ada di benak anak-anak atau remaja? What’s the consequence?

“Thought creates feeling and feeling creates action”, begitu lanjut Mr. Hyde. Ketika sesuatu masuk ke dalam pikiran kita, maka secara otomatis emosi kita akan memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Misalnya sebuah gambar wanita cantik dihadapkan pada kita dan informasi gambar tersebut masuk ke dalam pikiran. Emosi kita akan menilai apakah gambar itu bagus atau tidak, apakah wanita itu cantik atau tidak, sampai pada akhirnya bisa memunculkan niat untuk menjadi seperti wanita cantik itu. Produk yang muncul adalah perilaku kita yang mempercantik diri atau berdandan mirip dengan foto. Atau setidaknya cukup sampai dengan keinginan untuk mengimitasi gaya wanita itu. Informasi itu hidup dan menggerakkan kita. Lalu bagaimana jika informasi itu adalah pornografi? Pornografi dapat membangkitkan rasa yang luar biasa. Bisa membangkitkan gejolak yang membutakan dan pada akhirnya bisa memunculkan produk berupa perilaku yang dilatarbelakangi oleh gejolak itu.
4.      Faktor – Faktor Etiologi
Etiologi adalah membahas tentang penyebab, dan faktor-faktor etiologi adalah faktor-faktor penyebab bagi pengguna internet yang kecanduan. Namun itu tidak terjadi secara begitu saja, melainkan ada sebab-sebab yang menyertainya, karena suatu perilaku kecanduan terjadi oleh periode waktu-waktu tertentu sebagai hasi interaksisosial dan adanya perilaku menyimpang.
Beberapa faktor-faktor Etiologi :
  • Ø Cognitive-Behavioral Model
Cognitive-Behavioral adalah emosional, fisiologis, dan perilaku respon individu sebagai dimediasi oleh persepsi mereka tentang pengalaman, yang dipengaruhi oleh keyakinan mereka dengan cara karakteristik mereka berinteraksi dengan dunia, serta oleh pengalaman sendiri.
  • Ø Neuropsychological Model.
Neuropsychology adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi otak yang berkaitan dengan suatu perilaku yang terjadi pada individu
  • Ø Compensation  Theory ( Teori Kompensasi )
Compensation atau kompensasi adalah strategi dimana satu menutup, sadar atau tidak sadar, kelemahan, frustasi,keinginan, atau perasaan tidak mampu atau ketidakmapuan dalam satu bidang kehidupan melalui grafikasi.
Kompensasi positif dapat membantu seseorang untuk mengatasi kesulitan seseorang, sedangkan kompensasi negatif terdapat dua jenis, yaitu :
  1. Overcompensation ditandai dengan gol keunggulan, menyebabkan berjuang untuk kekuasaan, dominasi, harga diri dan self-devaluasi.
  2. Undercompensation yang mencakup permintaan untuk bantuan, menyebabkan kurangnya keberanian dan rasa takut untuk hidup.


  • Ø Situational Factor ( Faktor Situasi )

DAFTAR PUSTAKA TUGAS II:
https://fauziaputri.wordpress.com/2013/12/01/internet-addiction/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar